Kalbar,wartaglobal.id,Kota Baru– Suasana hiruk-pikuk malam takbiran di pinggir jalan utama Kota Baru tak menyurutkan semangat Pak Hasan (52), penjual kopiah yang setia membuka lapaknya hingga larut. Sejak matahari terbenam, puluhan pembeli berdatangan ke lapak sederhananya yang dipenuhi kopiah berbagai model dan ukuran. Mulai dari kopiah hitam polos hingga yang bermotif bordir, semua laris terjual menyambut kebutuhan ibadah salat Id esok hari.
“Alhamdulillah, malam terakhir ini lumayan ramai,” ujar Pak Hasan kepada [Nama Media], sambil tangannya gesit mengemas kopiah pesanan pelanggan. Wajahnya tak lepas dari senyum, meski keramaian membuatnya hampir tak sempat mengambil napas. Sebagian besar pembeli, menurutnya, adalah warga yang baru menyadari perlengkapan ibadah belum lengkap. “Biasa, orang sibuk urusan lain, baru ingat malam-malam akhir seperti ini,” tambahnya sambil tertawa renyah.
Bagi pedagang musiman seperti Pak Hasan, malam takbiran adalah puncak “panen rezeki” tahunan. Sejak sepekan sebelum Lebaran, lapaknya sudah ramai, namun malam terakhir selalu menjadi yang paling istimewa. “Ini rezeki yang diatur-Nya. Saya cuma bersyukur bisa membantu kebutuhan orang lain sekaligus mencukupi kebutuhan keluarga,” katanya. Tak sedikit pelanggan yang datang sambil terburu-buru, bahkan ada yang meminta kopiah langsung dipakai karena takut kehabisan.
Meski omzetnya melonjak hingga tiga kali lipat dibanding hari biasa, pria yang telah 15 tahun berjualan di lokasi itu enggan menyebut angka. “Yang penting cukup buat Lebaran. Rezeki sudah ada yang atur,” ujarnya dengan mata berbinar. Baginya, berkah bukan sekadar jumlah uang, melainkan juga kepuasan melihat pelanggan pulang dengan senyum. “Ada yang bilang, ‘Pak, terima kasih, akhirnya ketemu juga kopiah pas di kepala’. Itu kebahagiaan saya,” tuturnya.
Hingga pukul 23.00 WIB, antrean di lapaknya masih panjang. Beberapa pembeli bahkan rela menunggu sambil mengobrol santai, menikmati suasana malam takbiran yang dipenuhi gemuruh takbir dari masjid-mas sekitar. Pak Hasan memperkirakan, gelombang pembeli akan terus berdatangan hingga jelang subuh. “Tahun lalu, ada yang datang jam 3 pagi. Saya tetap buka, karena siapa tahu itu rezeki mereka dan rezeki saya,” ucapnya.
Momen seperti ini, menurut Pak Hasan, adalah tradisi yang tak tergantikan. Di balik kesibukannya, ia menikmati euforia masyarakat menyambut Hari Raya. “Ini bukan sekadar jualan, tapi juga bagian dari silaturahmi. Banyak pelanggan lama yang sengaja mampir sekadar menyapa,” ungkapnya.
Sambil menata ulang kopiah yang tersisa, Pak Hasan berharap tahun depan ia masih diberi kesehatan untuk kembali berjualan di tempat yang sama. “Semoga rezeki ini terus mengalir, dan kita semua bisa merayakan Lebaran dengan hati tenang,” pungkasnya, sebelum kembali menyambut pelanggan yang memanggil namanya.
Di balik gemerlap lampu jalanan Kota Baru, kisah Pak Hasan mengingatkan kita bahwa Lebaran tak hanya tentang keuntungan materi, tetapi juga tentang rasa syukur, kesederhanaan, dan kebersamaan yang terus hidup dalam denyut tradisi masyarakat.(Junjun)
Laporan oleh :Junaidi 007

KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment