Kalimantan Barat,WARTAGLOBAL.id -- Paret Keladi yang terletak di Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, memiliki sejarah panjang yang erat dengan kehidupan masyarakat setempat, terutama dalam bidang pertanian dan pengelolaan lahan. Nama "Paret Keladi" berasal dari dua kata: "paret" yang berarti parit atau saluran air, dan "keladi," jenis tanaman umbi-umbian yang banyak dijumpai di wilayah tersebut. Nama ini menggambarkan hubungan erat antara kondisi alam dan cara hidup masyarakat di sekitar Sungai Kakap.
Sejarah dan Latar Belakang
Pada masa lampau, daerah Sungai Kakap terkenal dengan tanahnya yang subur, terutama di sekitar wilayah pesisir. Masyarakat yang tinggal di kawasan ini sebagian besar menggantungkan hidup dari pertanian, perikanan, dan pengelolaan lahan basah. Salah satu tanaman yang paling mudah tumbuh di area ini adalah keladi, karena keladi bisa tumbuh di tanah yang basah dan lembab. Oleh karena itu, para petani setempat mulai membangun saluran-saluran air atau parit (paret) untuk mengalirkan air dari sungai ke lahan-lahan mereka guna memastikan irigasi yang cukup bagi tanaman keladi.
Paret ini juga dibuat sebagai sistem untuk mengatasi masalah air, terutama saat musim hujan atau musim kemarau. Dengan adanya paret, air berlebih dapat dialirkan ke sungai atau digunakan untuk irigasi saat musim kemarau. Keberadaan Paret Keladi sangat mendukung produktivitas pertanian, sehingga masyarakat dapat mengelola lahan dengan lebih efisien.
Fungsi Sosial dan Ekonomi
Selain berperan dalam sistem pengairan, Paret Keladi juga memiliki fungsi sosial dan ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat Sungai Kakap. Di masa lalu, ketika infrastruktur jalan belum berkembang seperti saat ini, paret-paret tersebut juga digunakan sebagai jalur transportasi kecil. Penduduk setempat menggunakan sampan atau perahu untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan parit ini, mengangkut hasil pertanian seperti keladi, sayur-sayuran, dan ikan.
Hingga kini, masyarakat lokal masih memanfaatkan Paret Keladi untuk kegiatan sehari-hari, meskipun sistem transportasi darat telah berkembang. Banyak penduduk setempat yang masih menanam keladi sebagai tanaman pokok, dan parit ini tetap menjadi simbol penting bagi kehidupan pertanian mereka.
Warisan Budaya dan Sejarah
Paret Keladi tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur irigasi dan transportasi, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat. Dalam sejarah lokal, Paret Keladi dianggap sebagai saksi bisu perkembangan peradaban di Sungai Kakap sejak zaman kolonial Belanda hingga masa kini. Sebagai salah satu sistem pengairan tradisional, Paret Keladi adalah bukti bagaimana masyarakat memanfaatkan sumber daya alam untuk bertahan hidup dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Meskipun sudah banyak perubahan dengan masuknya teknologi modern, Paret Keladi tetap dihargai sebagai bagian dari warisan sejarah. Masyarakat sekitar masih mengenang masa-masa di mana paret ini memegang peranan penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya mereka.
Kesimpulan
Paret Keladi di Sungai Kakap merupakan contoh nyata dari interaksi manusia dengan alam, di mana parit-parit yang dibangun untuk tujuan irigasi pertanian menjadi fondasi bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Hingga kini, Paret Keladi masih berfungsi sebagai saluran air sekaligus warisan budaya yang terus dijaga oleh generasi penerus.
Editor : Yusuf
KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment