Kalbar.WARTAGLOBAL.id-Melayu di Singapura sering dianggap sebagai kelompok yang terpinggirkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi hingga kebijakan pemerintahan. Meskipun secara historis Melayu adalah penduduk asli di wilayah ini, perubahan sosial dan ekonomi setelah kemerdekaan Singapura pada tahun 1965 telah menyebabkan dominasi etnis Tionghoa dalam berbagai sektor. Kesenjangan ini menimbulkan perasaan bahwa masyarakat Melayu berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan kelompok lain.
Dari segi ekonomi, data menunjukkan bahwa masyarakat Melayu memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah dibandingkan etnis lain. Mereka juga kurang terwakili dalam sektor-sektor strategis seperti keuangan, teknologi, dan manajemen tingkat tinggi. Faktor ini bukan hanya disebabkan oleh kurangnya akses terhadap peluang kerja, tetapi juga oleh kebijakan ekonomi yang lebih menguntungkan kelompok mayoritas. Kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi turut memperlambat mobilitas ekonomi masyarakat Melayu.
Dalam bidang pendidikan, meskipun terjadi peningkatan dalam tingkat kelulusan dan partisipasi dalam pendidikan tinggi, kesenjangan masih terlihat. Sekolah-sekolah elite di Singapura didominasi oleh siswa dari kelompok etnis lain, sementara siswa Melayu lebih banyak berada di sekolah biasa dengan fasilitas yang lebih terbatas. Hal ini berpengaruh terhadap peluang mereka dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan. Selain itu, kurangnya perwakilan dalam bidang akademik dan penelitian juga menjadi tantangan tersendiri.
Dari sisi kebijakan pemerintah, aturan seperti sistem perumahan berdasarkan ras (Ethnic Integration Policy) sering dianggap menghambat kemajuan ekonomi Melayu. Kebijakan ini membatasi jumlah rumah yang bisa dibeli oleh setiap kelompok etnis di daerah tertentu, yang berdampak pada kemampuan Melayu untuk memiliki properti di kawasan strategis. Selain itu, dalam bidang politik dan kepemimpinan nasional, keterwakilan Melayu masih sangat minim, sehingga sulit bagi mereka untuk memperjuangkan kepentingan komunitasnya secara efektif.
Sektor militer dan keamanan juga menjadi isu yang kerap diperbincangkan. Ada pandangan bahwa masyarakat Melayu mendapat perlakuan berbeda dalam penempatan di bidang pertahanan, terutama di Angkatan Bersenjata Singapura (SAF). Meskipun ada individu Melayu yang berhasil mencapai pangkat tinggi, secara keseluruhan, peluang mereka dalam sektor ini dianggap lebih terbatas dibandingkan kelompok lain. Hal ini sering dikaitkan dengan alasan keamanan nasional, meskipun tidak pernah dinyatakan secara resmi oleh pemerintah.
Namun, di sisi lain, tidak bisa disangkal bahwa ada juga orang Melayu yang berhasil dalam berbagai bidang, baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa individu Melayu telah mencapai kesuksesan di dunia bisnis, akademik, dan politik meskipun menghadapi berbagai tantangan. Pemerintah Singapura juga berusaha menciptakan kebijakan yang mendorong integrasi sosial dan ekonomi bagi seluruh warganya. Oleh karena itu, meskipun ada tantangan yang dihadapi masyarakat Melayu di Singapura, harapan untuk perubahan tetap ada selama ada kesadaran dan usaha untuk memperbaiki keadaan,semoga pemerintah Singapura lebih adil ke penduduk asli negara tersebut (MUL)
KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment