Kalbar.WARTAGLOBAL.id-Banyak siswa mengalami kegagalan dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025, meskipun memiliki rekam akademik yang baik. Fenomena ini bukan hanya disebabkan oleh persaingan ketat, tetapi juga oleh faktor administratif dan kebijakan seleksi yang semakin selektif. Setiap tahun, ribuan siswa di Indonesia tidak lolos seleksi akibat berbagai kendala, termasuk kesalahan teknis dalam pendaftaran, kebijakan kuota sekolah, serta strategi pemilihan program studi yang kurang tepat.
Menurut Indra Charismiadji, seorang pengamat pendidikan, kegagalan siswa dalam SNBP tidak hanya berasal dari individu siswa itu sendiri, tetapi juga dari sistem pendidikan yang belum sepenuhnya transparan dan akurat dalam memberikan peluang yang adil. "Banyak siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi, tetapi tetap tidak lolos karena indeks sekolah atau kebijakan pemeringkatan yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor eksternal yang berperan besar dalam menentukan kelulusan siswa dalam SNBP.
Salah satu penyebab utama kegagalan dalam SNBP adalah indeks sekolah yang menjadi dasar pertimbangan perguruan tinggi dalam menentukan kuota penerimaan dari masing-masing sekolah. Sekolah yang memiliki riwayat kelulusan tinggi dalam ujian masuk perguruan tinggi cenderung mendapatkan lebih banyak kuota SNBP dibandingkan sekolah dengan indeks rendah. Akibatnya, siswa dari sekolah-sekolah dengan indeks rendah harus menghadapi kemungkinan tidak lolos meskipun memiliki nilai rapor yang tinggi.
Selain itu, kurangnya pemahaman tentang mekanisme SNBP juga menjadi faktor utama kegagalan. Banyak siswa yang tidak mengetahui bahwa pemilihan program studi sangat berpengaruh terhadap peluang kelulusan mereka. Beberapa siswa memilih jurusan yang memiliki persaingan ketat tanpa mempertimbangkan daya saing mereka di tingkat nasional. Hal ini diperparah oleh kurangnya bimbingan yang diberikan oleh pihak sekolah, sehingga banyak siswa mengambil keputusan berdasarkan asumsi pribadi tanpa strategi yang matang.
Kegagalan dalam SNBP juga menunjukkan perlunya reformasi dalam sistem seleksi masuk perguruan tinggi. Menurut Indra Charismiadji, pemerintah dan institusi pendidikan harus lebih transparan dalam menyosialisasikan sistem pemeringkatan dan indeks sekolah. "Pendidikan kita perlu lebih banyak memberikan akses informasi yang jelas kepada siswa dan sekolah, agar mereka dapat mempersiapkan diri dengan strategi yang lebih baik," tambahnya. Tanpa transparansi dan sosialisasi yang memadai, kasus siswa gagal SNBP akibat faktor non-akademik akan terus berulang.
Sebagai solusi, pihak sekolah harus lebih aktif dalam membimbing siswa, terutama dalam memahami mekanisme seleksi dan pemilihan jurusan yang realistis. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan keadilan dalam sistem pemeringkatan sekolah agar semua siswa memiliki kesempatan yang lebih adil untuk diterima di perguruan tinggi negeri. Dengan pendekatan yang lebih terbuka dan edukatif, diharapkan angka kegagalan dalam SNBP dapat ditekan, sehingga lebih banyak siswa berprestasi yang dapat melanjutkan pendidikan tinggi sesuai dengan minat dan kemampuan mereka, salah satu seleksinya lebih ke siswa berprestasi dgn ekonomi katagori miskin salah yg haru diprioritaskan (MUL)

KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment