
"Air yang dulu kami gunakan untuk mandi, mencuci, bahkan minum, sekarang berubah warna dan berbau busuk. Kami tidak bisa lagi hidup dengan tenang," ujar seorang warga Sambas yang enggan disebutkan namanya. Ia menunjukkan botol air sungai yang kini berwarna kecoklatan pekat, jauh dari layak konsumsi.
Tak hanya air, ekosistem pun turut hancur. Ikan-ikan menghilang, lahan pertanian terancam, dan kesehatan masyarakat berada di ujung tanduk. "Ini bukan sekadar pencemaran, ini pembunuhan perlahan," cetus warga lainnya yang geram melihat kerusakan lingkungan yang tak kunjung ditangani.
Kemarahan publik memuncak setelah sejumlah video dan foto kondisi sungai tersebar di media sosial. Netizen ramai-ramai mengecam tambang ilegal tersebut. “PETI di Ledo ini sudah keterlaluan. Bukan cuma warga Bengkayang yang kena, tapi kami di Sambas juga jadi korban!” tulis seorang pengguna Facebook.
Meski tekanan publik terus meningkat, hingga kini belum ada langkah konkret dari pemerintah maupun aparat penegak hukum. Masyarakat Sambas mendesak Bupati, Gubernur Kalbar, hingga penegak

“Kalau tidak segera ditindak, bukan hanya ekosistem yang hancur—masa depan generasi kami juga ikut lenyap,” tutup salah satu tokoh pemuda setempat.[AZ]

KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment