
Kalbar.WARTAGLOBAL.id-- Pontianak, Suasana makan siang di Pondok Makan Waroeng Bebek Budjang di jalan Merdeka mendadak berubah kacau saat jam makan siang kamis 4 Desember 2025, manakala sekelompok ibu-ibu yang didampingi sejumlah awak media meluapkan kemarahan akibat pelayanan yang dinilai lamban, semrawut, dan terkesan pilih kasih. Pesanan yang tak kunjung datang meski sudah ditunggu sekitar 55 menit menjadi pemicu utama ledakan emosi itu.
Ketegangan semakin memanas ketika rombongan tersebut melihat pelanggan lain yang datang belakangan justru sudah terlebih dahulu disajikan hidangan makan siang. Mereka menilai perlakuan tersebut sebagai bentuk diskriminasi berdasarkan penampilan.
“Kami datang duluan, dilayani duluan tapi hidangan datang paling akhir. Ini jelas pilih-pilih orang! Mentang-mentang penampilan kami sederhana,” teriak salah seorang ibu, membuat pengunjung lain menoleh dan sebagian memilih menjauh bahkan pergi keluar meninggalkan pondok juga disebabkan menunggu terlalu lama.
Piring Basah Makanan Dingin dan Pesanan Tidak Sesuai Memperburuk Situasi
Kemurkaan semakin mencuat setelah mereka mendapati piring hidangan buat makan yang di sajikan basah serta beberapa pesanan tidak sesuai dengan daftar yang mereka pesan. Awak media yang melihat kejadian tersebut langsung meminta klarifikasi dari pihak pengelola.
Supervisor warung akhirnya muncul memberikan pernyataan singkat.
“Kami mohon maaf atas keterlambatan dan ketidaksesuaian pesanan. Ada kekeliruan pada sistem antrian dapur. Sebagai bentuk tanggung jawab, kami menggratiskan makanan yang telah disantap,” jelasnya.
Namun permintaan maaf itu bukan meredakan suasana, melainkan justru menyulut kemarahan baru.
“Kamu pikir saya datang mau minta-minta? Saya bayar dan saya berhak mendapat pelayanan standar!” bentak seorang ibu dengan nada tinggi.
Klarifikasi Resmi Waroeng Bebek Budjang: Teguran Staff hingga Evaluasi Sistem
Merespons polemik yang viral, pihak Waroeng Bebek Bujang mengeluarkan klarifikasi resmi berisi tiga poin pembenahan internal:
1. Melakukan edukasi dan coaching ulang kepada seluruh staf yang bertugas pada shift terkait.
2. Memberikan teguran tertulis (SP1) kepada beberapa karyawan yang dinilai lalai dan berkontribusi terhadap buruknya pelayanan.
3. Menambah jumlah tim operasional di lapangan untuk mengantisipasi kepadatan pengunjung agar kejadian serupa tidak berulang.
Pihak warung juga menegaskan komitmen untuk memperbaiki standar pelayanan dan memastikan seluruh pelanggan, tanpa memandang penampilan atau status, mendapat perlakuan setara.
Meski suasana akhirnya mereda, insiden tersebut menyisakan catatan penting bagi pengelola usaha kuliner: profesionalitas pelayanan adalah kunci, dan kelalaian sekecil apa pun dapat berujung pada ledakan kekecewaan pelanggan.
Editor : Muchlisin
Sumber : Kabid Humas DPD GWI Kalbar

